TAFSIR HADITS
BAB ADZAN
Dosen Pembimbing:
Sulaiman MA
Disusun oleh:
Moch Arifin
M. Baihaqi
Adib Masduki
Jurusan:
Tarbiyah
Fakultas Agama Islam
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
BAB I
Pendahuluan
Puji syukur atas kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat
hidayah serta pertolongan kepada kita semua salawat serta salam tidak lupa kami
sanjungkan kepadanabi Muhammad saw yang kita nantikan syafaatnya di hari qiamat
kelah nanti.tujuan dari penulisan makalah ini adalah supaya bisa membantu
memahami mata kuliah hadits bagi mahasiswa yang mempelajarinya.di sini saya
mencoba menguraikan kajian-kajian terhadap hadist yang dimana hadits ini
menerangkan sedikit tentang Adzan. apabila masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besrnya.
BAB II
HADITS TENTANG ADZAN
Pembahasan
1
Beberapa
Syarat Muadzin
A.
Syarat Muadzin (Orang yang Adzan):
1. Beragama
Islam
2. Laki –
laki
3. Sudah
Tamyiz (Mumayyiz / Berakal)
B.
Hal yang Perlu Diperhatikan
a.
Orang yang mempunyai hadast Kecil
dan Besar, Makruh menjadi Muadzin.
b.
Adzan / Iqamah dilakukan dengan
berdiri Menghadap Kiblat.
c.
Pada saat adzan disunatkan
mengeraskan suara supaya terdengar jauh. Sedangkan Iqamah cukup di dengar oleh
jemaah yang hadir.
d.
Adzan dan Iqamah dilakukan setelah
masuk waktu sholat.
e.
Kalimat Adzan dan Iqamah
diucapkan sambung menyambung, tidak boleh di selingi kalimat lain atau berhenti
lama. Dan diucapkan sesuai urutan yang ada.
f.
Kaum wanita tidak disunatkan Adzan,
karena Adzan dilantunkan dengan suara keras. Sedangkan mengeraskan suara bagi
Kaum wanita adalah terlarang, sebab dikhawatirkan akan mengakibatkan fitnah
bagi yang mendengarkannya. Mereka jika hendak sholat cukup mengucapkan Iqamah.
2
Mengucapkan“Allahu
Akbar Allahu Akbar” 4x
َعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَبْدِ رَبِّهِ رضي الله عنه
قَالَ: ( طَافَ بِي -وَأَنَا نَائِمٌ- رَجُلٌ فَقَالَ: تَقُولُ: "اَللَّهُ
أَكْبَرَ اَللَّهِ أَكْبَرُ فَذَكَرَ اَلْآذَانَ - بِتَرْبِيع اَلتَّكْبِيرِ
بِغَيْرِ تَرْجِيعٍ وَالْإِقَامَةَ فُرَادَى إِلَّا قَدْ قَامَتِ اَلصَّلَاةُ -
قَالَ: فَلَمَّا أَصْبَحْتُ أَتَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم
فَقَالَ: "إِنَّهَا لَرُؤْيَا حَقٍّ..." ) اَلْحَدِيثَ.
أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَابْنُ خُزَيْمَةَ.
Abdullah Ibnu Zaid Ibnu Abdi Rabbih berkata: Waktu saya tidur (saya
bermimpi) ada seseorang mengelilingi saya seraya berkata: Ucapkanlah
"Allahu Akbar Allahu Akbar lalu ia mengucapkan adzan empat kali tanpa
pengulangan dan mengucapkan qomat sekali kecuali "qod Qoomatish
sholaat". Ia berkata: Ketika telah shubuh aku menghadap Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya ia
adalah mimpi yang benar." Hadits dikeluarkan oleh Ahmad dan Abu Dawud.
Shahih menurut Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah.
3
Penambahan
Dalam Adzan Subuh
َوَزَادَ
أَحْمَدُ فِي آخِرِهِ قِصَّةَ قَوْلِ بِلَالٍ فِي آذَانِ اَلْفَجْرِ: (
اَلصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنَ اَلنَّوْمِ )
Ahmad menambahkan pada akhir hadits tentang kisah ucapan Bilal
dalam adzan Shubuh: "Shalat itu lebih baik daripada tidur."
َوَلِابْنِ
خُزَيْمَةَ: عَنْ أَنَسٍ قَالَ: ( مِنْ اَلسُّنَّةِ إِذَا قَالَ اَلْمُؤَذِّنُ فِي
اَلْفَجْرِ: حَيٌّ عَلَى اَلْفَلَاحِ قَالَ: اَلصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنَ اَلنَّوْمِ )
Menurut riwayat Ibnu Khuzaimah dari Anas r.a ia berkata: Termasuk
sunnah adalah bila muadzin pada waktu fajar telah membaca hayya 'alash sholaah
ia mengucapkan assholaatu khairum minan naum.
4
Menggenapkan
kalimat adzan dan Mengganjilkan Kalimat
Iqomat
َوَعَنْ
أَنَسِ]بْنِ مَالِكٍ] رضي الله عنه قَالَ: ( أُمِرَ بِلَالٌ أَنْ يَشْفَعَ
اَلْآذَانَ وَيُوتِرَ اَلْإِقَامَةَ إِلَّا اَلْإِقَامَةَ يَعْنِي قَوْلَهُ: قَدْ
قَامَتِ اَلصَّلَاةُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَلَمْ يَذْكُرْ مُسْلِمٌ
اَلِاسْتِثْنَاءَ
Anas Radliyallaahu 'anhu berkata: Bilal diperintahkan untuk
menggenapkan kalimat adzan dan mengganjilkan kalimat qomat kecuali kalimat
iqomat yakni qod qoomatish sholaah. Muttafaq Alaihi tetapi Muslim tidak
menyebut pengecualian.
َوَلِلنَّسَائِيِّ:
( أَمَرَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِلَالاً )
Menurut riwayat Nasa'i: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
memerintahkan Bilal (untuk menggenapkan adzan dan mengganjilkan qomat).
5
Menjawab
Adzan
ََوَعَنْ
أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله
عليه وسلم ( إِذَا سَمِعْتُمْ اَلنِّدَاءَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ
اَلْمُؤَذِّنُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila engkau sekalian
mendengar adzan maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin." Muttafaq
Alaihi.
ََوَلِمُسْلِمٍ:
( عَنْ عُمَرَ فِي فَضْلِ اَلْقَوْلِ كَمَا يَقُولُ اَلْمُؤَذِّنُ كَلِمَةً
كَلِمَةً سِوَى اَلْحَيْعَلَتَيْنِ فَيَقُولُ: "لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ
إِلَّا بِاَللَّهِ" )
Menurut Riwayat Muslim dari Umar Radliyallaahu 'anhu tentang
keutamaan mengucapkan kalimat per kalimat sebagaimana yang diucapkan oleh sang
muadzin kecuali dua hai'alah (hayya 'alash sholaah dan hayya 'alal falaah) maka
hendaknya mengucapkan la haula wala quwwata illa billah.
6
Menyeru
Adzan Ketika Sholat
ََوَعَنْ
مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ لَنَا اَلنَّبِيُّ صلى
الله عليه وسلم ( وَإِذَا حَضَرَتِ اَلصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ .
. . ) اَلْحَدِيثَ أَخْرَجَهُ اَلسَّبْعَةُ .
Dari Malik Ibnu Huwairits Radliyallaahu 'anhu bahwa dia berkata:
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda pada kami: "Bila waktu
shalat telah tiba maka hendaklah seseorang di antara kamu menyeru adzan untukmu
sekalian." Dikeluarkan oleh Imam Tujuh.
ََوَعَنْ
جَابِرٍ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ لِبِلَالٍ
: ( إِذَا أَذَّنْتَ فَتَرَسَّلْ وَإِذَا أَقَمْتُ فَاحْدُرْ
وَاجْعَلْ بَيْنَ أَذَانِكَ وَإِقَامَتِكَ قَدْرَ مَا يَفْرُغُ اَلْآكِلُ مِنْ
أَكْلِهِ ) اَلْحَدِيثَ . رَوَاهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَضَعَّفَهُ .
Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda kepada Bilal: "Jika engkau menyeru adzan
perlambatlah dan jika engkau qomat percepatlah dan jadikanlah antara adzan dan
qomatmu itu kira-kira orang yang makan telah selesai dari makannya."
Hadits diriwayatkan dan dianggap lemah oleh Tirmidzi.
ََوَلَهُ
: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ
: ( لَا يُؤَذِّنُ إِلَّا مُتَوَضِّئٌ ) وَضَعَّفَهُ أَيْضًا
Dalam riwayatnya pula dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak diperkenankan adzan
kecuali orang yang telah berwudlu." Hadits tersebut juga dinilai lemah.
7
Berdoa
Setelah Adzan
ََوَعَنْ
جَابِرٍ- رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ- أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم
قَالَ : ( مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ اَلنِّدَاءَ : اَللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ
اَلدَّعْوَةِ اَلتَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ اَلْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا
اَلْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا اَلَّذِي
وَعَدْتَهُ حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ )
أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ .
Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang ketika mendengar adzan
berdoa: Allaahumma robba haadzihi da'watit taammati was sholaatil qooimati aati
Muhammadanil washiliilata wal fadliilata wab 'atshu maqooman mahmuudal ladzi
wa'adtahu (artinya: Ya Allah Tuhan panggilan yang sempurna dan sholat yang
ditegakkan berilah Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan dan bangunkanlah beliau
dalam tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan) maka dia akan
memperoleh syafaat dariku pada hari Kiamat." Dikeluarkan oleh Imam Empat.
BAB III
Kesimpulan
Ketika adzan dianjurkan mengucapkan
"Allahu Akbar Allahu Akbar empat kali tanpa pengulangan dan
mengucapkan qomat sekali kecuali "qod Qoomatish sholaat".
Seorang Muadzin
disunahkan pada waktu fajar untuk membaca hayya 'alash sholaah ia mengucapkan
assholaatu khairum minan naum.
Bilal
diperintahkan untuk menggenapkan kalimat adzan dan mengganjilkan kalimat qomat
kecuali kalimat iqomat yakni qod qoomatish sholaah.
Apabila mendengar
adzan dianjurkan mengucapkan seperti yang diucapkan oleh muadzin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar