GARASI ILMU-ILMU

Rabu, 26 Juni 2013





MAKALAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN
“Peranan sekolah dalam sosialisasi (transmisi kebudayaan)”




LOGO MUHAMADIYAH saja
 












Disusun Oleh:
M. baihaqi
Dosen Pembimbing               : Abd. Wahab MEI




FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokaatuh.
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT.yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.Amiin…
            Sehingga makalah yang bertema “Peranan sekolah dalam sosialisasi (transmisi pendidikan) ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
            Semoga makalah ini membawa manfaat kepada kita dan kami berharap adanya kritik dan saran guna penyempurnaan pembuatan makalah pada kesempatan yang lain.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokaatuh
                                                                                                                        
                                                                                                Surabaya, 13 Mei 2013



                                                                                                Penyusun












Daftar isi


BAB I : Pendahuluan
  1. Latar belakang……………………………………………………………………..  2
  2. Rumusan masalah…………………………………………………..……………… 2
  3. Tujuan……………………………………………………………………………… 2
BAB II : Pembahasan
  1. Peranan sekolah dalam sosialisasi kebudayaan……………………………………   3
  2. Peranan sekolah dalam hal kebudayaan…………………………………………..    4
  3. Transmisi kebudayaan……………………………………………………………     5
BAB III : Penutup
  1. Kesimpulan………………………………………………………………………… 7
  2. Saran ………………………………………………………………………………  7
Daftar pustaka







BAB I
Pendahuluan
A.    Latar belakang
Manusia adalah mahluk sosial. Ia hidup dalam hubungannya dengan orang lain dan hidupnya bergantung pada orang lain. Karena itu manusia tak mungkin layak di luar masyarakat. Masyarakat sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat manusia yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dalam setiap kelompoknya. Untuk mempelajari kebudayaan suatu masyarakat, kita harus minta bantuan ahli antropologi seperti kita meminta bantuan ahli sosiologi dalam menganalisis masyarakat.[1]
Sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan, seperti yang sudah dikemukakan bahwa kemajuan zaman keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin maju masyarakat, semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk melalui proses pembangunan masyarakat itu. Untuk itu peran penting dalam sosialisasi kebudayaan di sekolah sangat dibutuhkan agar dapat digunakan peserta didik secara optimal dalam beradaptasi di masyarakat umum.
Sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu mulai menerima dan menyesuaikan diri dengan unsur-unsur kebudayaan (adat istiadat, perilaku, bahasa, dan kebiasaan-kebiasaan) masyarakat, mulai dari lingkungan keluarga sampai pada masyarakat luas. Proses sosialisasi yang dialami oleh individu mampu membentuk kepribadian diri individu tersebut. Dengan kata lain, sosialisasi merupakan salah satu proses dalam pembentukan kepribadian.

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana peranan sekolah dalam sosialisasi kebudayaan?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui peranan sekolah dalam sosialisasi kebudayaan.

BAB II
Pembahasan

A.    Peranan sekolah dalam sosialisasi Kebudayaan
               Sekolah memegang peranan penting dalan proses sosialisasi anak, walaupun sekolah hanya salah satu lembaga yang bartanggung jawab atas pendidikan anak. Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya.        
               Sekolah merupakan lembaga tempat anak terutama diberikan pendidikan intelaktual, yakni mempersiapkan untuk sekolah yang lebih lanjut. Oleh sebab itu tugas itu cukup penting dan berat, maka perhatian sekolah sebagian besar ditunjukan kepada aspek intelektual itu. Aspek lain seperti pendidikan moral melalui pendidikan agama dan moral pancasila juga diperhatikan namun dapat kita katakana bahwa pendidikan social masih belum mendapat tempat yang menonjol. Kesempatan-kesempatan untuk kerja sama dalam pelajaran dan kegiatan kurikulum maupun kegiatan ekstra-kulikuler lainnya perlu dimanfaatkan.
               Sementara dalam perkembangan kepribadian anak didik, peranan sekolah dengan melalui kurikulum, antara lain yaitu sebagai berikut:
a.        Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan antara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan).
b.       Anak didik belajar mentaati peraturan-peraturan sekolah.
c.        Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.[2]
Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan , dan diharapkan anak yang telah menyelesaikan sekolahnya dapat melakukan sesuatu pekerjaan atau paling tidak sebagai dasar dalam mencari pekerjaan. Selanjutnya Sekolah juga bermuara pada tujuan utama pendidikan nasional, yaitu:
1.      mencerdaskan kehidupan bangsa
2.      mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki kemampuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Meskipun sekolah merupakan gejala universal yang dapat mempengaruhi hasil pendidikan anak, tidak berarti sekolah dibiarkan tumbuh begitu saja. Dari waktu ke waktu, sekolah menhadapi berbagai perubahan dalam lingkungan eksternal. Oleh karena itu, sekolah memerlukan pengelolaan yang baik agar menjadi bermutu. Jika sekolah bermutu baik maka hasil pendidikan/belajar anak (siswa) akan baik pula sesuai dengan fungsinya.
Adapun fungsi sekolah sebagai lembaga pendidikan  antara lain:
1.      Sekolah memberikan ketrampilan dasar.
2.       Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib.
3.      Sekolah menyediakan tenaga pembangunan.
4.      Sekolah membentuk manusia sosial.[3]
B.  Peranan sekolah dalam hal kebudayaan
1.   Sekolah sebagai pewaris kebudayaan
Kebudayaan merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan dan tingkah laku yang dipelajari dan dimiliki semua anggota masyarakat tertentu dan dijunjung tinggi. Hasil cipta, karsa dan karya manusia yang memiliki nilai dan dijunjung tinggi tidak dengan sendirinya dimiliki oleh anak didik tanpa diajarkan (transmisikan) kepada anak atau dipelajarioleh anak tersebut.
2.   Sekolah sebagai nilai-nilai budaya
Pembentukan dan pewarisan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya merupakan suatu proses transformasi. Dalam proses transformasi itulah pendidikan berfungsi. Jadi proses pendidikan adalah proses transformasi kebudayaan. Salah satu fungsi yang mendasar dari pendidikan adalah untuk pengembangan kebudayaan.
Fortes sebagaimana dikutip oleh HAR Tilaar (1999:54) mengemukakan tiga variabel utama dalam transformasi kebudayaan, yaitu :
1) Unsur-unsur yang ditransformasikan,
 2) Proses tranformasi, dan
 3) Cara transformasi. Unsur-unsur
transformasi kebudayaan adalah nilai-nilai budaya, adat-istiadat masyarakat, pandangan mengenai hidup serta berbagai konsep hidup lainnya yang ada di dalam masyarakat, berbagai kebiasaan sosial yang digunakan dalam interaksi atau pergaulan para anggota masyarakat tersebut, berbagai sikap dan peranan yang diperlukan di dalam dunia pergaulan dan akhirnya pelbagai tingkah-laku lainnya termasuk proses fisiologi, reflex dan gerak atau reaksi-reaksi tertentu dan penyesuaian fisik termasuk gizi dan tata makanan untuk dapat bertahan hidup.[4]
3.   Sekolah sebagai pembaru Kebudayaan
Selain peranan sekolah sebagai pemelihara dan pewaris nilai-nilaibudaya, juga sebagai pembaru (inovatif). Budaya yang sudah tidak sesuaidengan keinginan atau kehendak masyarakat dihilangkan, sedangkan yang sesuai dengan kehendak masyarakat dijaga dan dikembangkan, sehinggatimbul budaya-budaya baru di kemudian hari. Peran sekolah adalah sebagai pewaris, pemelihara, dan pembaharu kebudayaan sekolah hendaknya dapat dijadikan sebagai:
1.      Sentrum budaya untuk mengoperkan nilai dan benda budaya sendiri agar budaya nasional tidak hilang ditelan masa,
2.      Arena untuk mengumpulkan ilmu pengetahuan modern, teknik dan pengalaman, dan
3.      Bengkel latihan untuk mempraktikkan hak asasi manusia selaku warga negara yang bebas ditengah iklim demokrasi. Sekolah memiliki tugas mewariskan, memelihara, dan mengembangkan budaya yang tercermin dalam kurikulum.[5]
C.    Transmisi Kebudayaan
Dalam transmisi kebudayaan masyarakat kepada anak menurut Vembriarto (1990) dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1.      Transmisi pengetahuan & keterampilan
2.      Transmisi sikap, nilai-nilai dan norma-norma. Transmisi pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang bahasa, sistem matematika, pengetahuan alam dan sosial serta penemuan-penemuan teknologi.
 Dalam masyarakat industri yang kompleks, fungsi transmisi pengetahuan tersebut sangat penting sehingga proses belajar di sekolah memakan waktu lebih lama, membutuhkan guru-guru dan lembaga yang khusus. Dalam arti sempit transmisi pengetahuan dan keterampilan itu berbentuk vocational training. Di masyarakat Jawa, ayah mengajarkan kepada anaknya cara mempergunakan cangkul serta peralatan pertanian lain secara intensif sampai sang anak memahami teknik-teknik tertentu membudidayakan tanaman pangan yang sudah ratusan tahun dikembangkan oleh nenek moyang pendahulunya. Sementara di sekolah teknik, anak belajar bagaimana caranya memperbaiki mobil. Dalam kategori transmisi pengetahuan dan keterampilan fungsi dari sekolah modern tidak berbeda jauh dengan penerapan pendidikan tradisional yang dilakukan oleh bermacam-macam sukubangsa semenjak ratusan tahun silam. Hanya saja sekolah memiliki perangkat penataan serta organisasi sumber daya yang lebih sistematis dan terpadu dalam penyelenggaraan pendidikannya. Namun tak dapat dipungkiri output pendidikan juga menjamin kualitas yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Anak masyarakat Jawa belajar menjadi petani yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakatnya sementara di era modern ini sekolah dapat menghasilkan ratusan tenaga terampil sesuai dengan spesifikasi keahliannya.
Dari segi transmisi sikap, nilai-nilai dan norma-norma masing-masing lembaga dalam konteks karakter sosiokultural juga tidak bisa dipungkiri peran dan fungsinya. Pemuda-pemuda dari masyarakat Jawa yang masih tradisional harus mengikuti dengan cermat model-model penggemblengan spiritual di kala mereka akan menginjak dewasa melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti padepokan, pondok pesantren dan sejenisnya yang tumbuh subur dalam perjalanan kebudayaan masyarakat setempat. Wujud keberadaan lembaga tersebut merupakan bukti tentang kiprah peranan lembaga pendidikan dalam mengupayakan terjaminnya transformasi nilai-nilai dan norma yang senantiasa dijunjung tinggi. Sementara itu, dalam masyarakat modern di sekolah, anak tidak hanya mempelajari pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga sikap, nilai-nilai dan norma-norma. Sebagian besar sikap dan nilai-nilai itu dipelajari secara informal melalui situasi formal di kelas dan di sekolah.[6]






BAB II
Penutup

A.    Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
Sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan, seperti yang sudah dikemukakan bahwa kemajuan zaman keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi akan tetapi sekolah juga memiliki peranan-peranan.
Sekolah memegang peranan penting dalan proses sosialisasi anak, walaupun sekolah hanya salah satu lembaga yang bartanggung jawab atas pendidikan anak. Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya.
Pembentukan dan pewarisan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya merupakan suatu proses transformasi. Dalam proses transformasi itulah pendidikan berfungsi. Jadi proses pendidikan adalah proses transformasi kebudayaan. Salah satu fungsi yang mendasar dari pendidikan adalah untuk pengembangan kebudayaan.


B.     Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.


Daftar Pustaka


Buku:
Nasution, S, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)
Tabrani Rusyan, dkk. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remadja Karya, 1989)
Wuradji, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Depdikbud, 1988)
Kartono, K.. Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional,  (Jakarta: Pradnya Paramita, 1977)
Senin, 13/05/2013.http://akhirman.blogspot.com/2009/10/makalah-peranan-sekolah-dalam.html

Internet:

Minggu, 5/11/2013.  http://kresna25wibawa.blogspot.com/2013/01/sekolah.html




[1] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 60
[2] Nasution. S. Sosiologi Pendidikan, 130-131
[3] Tabrani Rusyan, dkk. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remadja Karya, 1989) 58
[4] Wuradji, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Depdikbud, 1988), 109
[5] Kartono, K.. Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional,  (Jakarta: Pradnya Paramita, 1977), 86
[6] Senin, 13/05/2013.http://akhirman.blogspot.com/2009/10/makalah-peranan-sekolah-dalam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar